Diskusi Kehutanan

'Greenpeace Jangan hanya Pandai Mengkritik'

PEKANBARU - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) global Greenpeace dituding hanya pandai mengkritik tanpa pernah memberikan solusi atas kerusakan hutan di Riau. Tudingan itu dilontarkan Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Riau, Zulkifli Yusuf, saat menggelar diskusi kehutanan menyangkut Non Government Organization (NGO), Kamis (19/12/2013) di salah satu hotel di Pekanbaru.

"Greenpeace dan lainnya selama ini hanya pandai mengkritik. Padahal tak pernah sama sekali memberikan solusi," tuding Zulkifli saat mulai membuka materi diskusi bertemakan, Riau Menuju Nol Deforestasi.

Zulkifli Yusuf juga mengecam keras pihak asing yang menyebarkan isu emisi karbon. "Belum lama ini di acara resmi, saya tegaskan jika benar ada emisi karbon, kelapa sawit habis semua. Jadi selama ini untuk mencari solusi memang tak pernah ada. Harusnya kita duduk bersama untuk menemukan solusi menyangkut masalah kehutanan dan emisi karbon ini," ujarnya.

Bahkan, sambung Zulkifli Yusuf, pihaknya tak pernah memberikan penghargaan atau dukungan kepada siapapun yang jelas-jelas
merusakan lapisan atas hutan dengan cara merubah penggunaan lahan secara permanen atau deforestasi. "Lalu, mengapa kita selaku masyarakat Riau yang memiliki potensi hutan yang disalahkan. Harusnya kan perusak hutan itu yang dihabisi," tegas.

Baru-baru ini, katanya, dirinya berbicara di empat negara dan mengatakan seharusnya pihak asing bersukur dan mengucapkan terimakasih kepada Indonesia, terutama Riau. "Sebab, habispun hutan di Riau, masih ada hutan alam. Itu tidak terjadi di negara lain. Sekarang kita mari kita tantang Greenpeace untuk meberikan solusi dan bukan hanya mengkritisi," ajaknya.

Menggapi hal itu, juru kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Yuyun Indradi, menyatakan, Riau harusnya menjadi barometer kesuksesan pemerintah dalam melindungi kekayaan hayati dan habitat penting sejumlah satwa. Untuk itu, dirinya mengajak untuk menegakkan hukum melalui kebijakan nol deforestasi. Selain itu, komitmen yang kuat dari sektor industri kehutanan dan perkebunan juga sangat dibutuhkan dalam penyelamatan hutan Riau.

"Hutan dan gambut Riau adalah cadangan karbon terbesar di Asia Tenggara. Sedangkan, kerusakkan hutan Riau tertinggi di Indonesia, belum lagi bencana kabut asap yang terjadi setiap tahun. Ini membuktikan kerusakkan hutan Riau semakin parah, dengan dukungan ekspansi perkebunan skala besar, banjir dan degradasi lingkungan yang terus merusak hutan," jelasnya memaparkan kerusakan hutan Riau. Untuk itu, dirinya meminta pemerintah benar-benar harus menyelamatkan hutan Riau. (rep1)